Rukun Iman
1.
Iman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah adalah meyakini bahwa Allah itu Maha Esa dan tiada
Tuhan selain Allah. Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 136:
وَإِلَٰهُكُمۡ
إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحۡمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ ١٦٣
Artinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Implikasi Iman kepada Allah adalah mendirikan sholat, menafkahkan
sebagian rizqi, selalu berbuat kebajikan dan melaksanakan perintah Allah dari
segi ibadah.
2.
Iman Kepada Malaikat Allah
Iman kepada Malaikat adalah meyakini bahwa Allah telah menciptakan
Malaikat untuk selalu melakukan perintah-Nya. Firman Allah dalam Q.S.
Al-Anbiya’ 19-20:
وَلَهُۥ
مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَمَنۡ عِندَهُۥ لَا يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ
عِبَادَتِهِۦ وَلَا يَسۡتَحۡسِرُونَ ١٩ يُسَبِّحُونَ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ لَا
يَفۡتُرُونَ ٢٠
Artinya: Dan
kepunyaan-Nya-lah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang
di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada
(pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada
henti-hentinya
Implikasi Iman kepada Malaikat Allah adalah selalu berhati-hati setiap
melakukan sesuatu, senantiasa beeramal sholeh dan selalu taat pada Allah.
3.
Iman Kepada Kitab Allah
Iman Kepada Allah adalah meyakini adanya kitab-kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad dan Nabi-Nabi sebelumnya. Firman Allah dalam
Q.S. An-Nisa’ ayat 136:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ ءَامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلَّذِي
نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ مِن قَبۡلُۚ وَمَن
يَكۡفُرۡ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ
فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلَۢا بَعِيدًا ١٣٦
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab
yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya
Implikasi Iman kepada Kitab Allah adalah yakin akan kitab Al-Qur’an dan
kitab-kitab sebelumnya, senantiasa membaca, memahami, dan mengamalkan
Al-Qur’an.
4.
Iman Kepada Rasul Allah
Iman kepada Rasul Allah adalah meyakini bahwa Rasullullah itu
benar-benar utusan Allah yang diutus untuk umat manusia guna menyampaikan wahyu
Allah. Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 285:
ءَامَنَ
ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ
ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ
بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ
رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ ٢٨٥
Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan
kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali"
Implikasi Iman kepada Rasul Allah adalah optimis, tabah, sabar, peduli
terhadap kaum dhu’afa dan selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunnah.
5.
Iman Kepada Hari Kiamat
Iman kepada Hari Kiamat berarti kita benar-benar dan dengan sepenuh
hati meyakini akan adanya hari kiamat dan pastinya akan terjadi dan menimpa
umat manusia di seluruh jagat raya ini. Firman Allah dalam Q.S. Thaha ayat 15:
إِنَّ
ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخۡفِيهَا لِتُجۡزَىٰ كُلُّ نَفۡسِۢ بِمَا تَسۡعَىٰ
١٥
Artinya: Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan
(waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan
Implikasi Iman kepada Hari Akhir adalah berhati-hati dan memperbanyak
amal sholeh untuk bekal di akhirat.
6.
Iman Kepada Qodho dan Qodar Allah
Iman Kepada Qodho dan Qodar adalah meyakini dan mengimani atas apapun
ketetapan Allah dan kekuasaan Allah. Firman Allah dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 38:
مَّا
كَانَ عَلَى ٱلنَّبِيِّ مِنۡ حَرَجٖ فِيمَا فَرَضَ ٱللَّهُ لَهُۥۖ سُنَّةَ ٱللَّهِ
فِي ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلُۚ وَكَانَ أَمۡرُ ٱللَّهِ قَدَرٗا مَّقۡدُورًا
٣٨
Artinya: Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah
ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai
sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah
itu suatu ketetapan yang pasti berlaku
Implikasi Iman kepada Qodho dan Qodar adalah selalu bersyukur dan
bersabar atas apa yanng telah terjadi pada dirinya.
Sejarah Ilmu Kalam
Munculnya Ilmu Kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut
peristiwa pembunuhan ‘Utsman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyah
atas kekholifahan Ali bin Abi Thalib. Ketegangan antara Mu’awiyah dan Ali bin
Abi Tholib mengkristal menjadi Perang Shiffin yang berakhir dengan keputusan
tahkim yakni tawaran yang diusulkan untuk memecah kubu Sayyidina ali menjadi
dua bagian yaitu Syi’ah dan Khowarij (arbitrase). Sikap Ali yang menerima tipu
muslihat Amr bin Ash, utusan dari pihak Mu’awiyah dalam tahkim, ia dalam
keadaan terpaksa, itu tidak disetujui oleh sebagian tentaranya dalam arti
menentang. Mereka memandang Ali bin Abi Tholib telah berbuat salah sehingga
mereka meninggalkan barisannya. Dalam sejarah Islam, mereka terkenal dengan
sebutan Khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri atau
secerders.Sedangkan, sebagian besar pasukan yang membela dan tetap mendukung
Ali menamakan dirinya sebagai kelompok Syi’ah.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Ilmu Kalam dapat dibagi
menjadi dua , yaitu faktor dari dalam ( intern) dan faktor dari luar ( extern).
1. Faktor Intern
Adapun faktor-faktor intern dari ilmu kalamada tiga macam, yaitu:
a. Sesungguhnya Al-Qur’an itu
sendiri disamping merupakan seruan dakwahnya kepada tauhid dan mempercayai
kenabian, terdapat pula perkara yang berhubungan soal menyinggung
golongan-golongan dan agama yang tersebar pada masa Nabi Muhammad SAW.lalu
Al-Qur’an itu menolaknya dan membatalkan pendapat-pendapatnya.
b. Sesungguhnya kaum muslimin
telah selesai menaklukkan negeri-negeri baru, dan keadaan mulai stabil serta
melimpah ruah rezekinya,disinilah akal pikiran mereka mulai memfilsafatkan
agama.
c. Masalah –masalah politik,
yakni pada detik-detik saat Rasullullah wafat, beliau tidak memberikan satu
isyaroh pun tentang siapa yang akan menggantikan beliau dalam masalah Khilafah
dan Imamah, sehingga terjadilah pro dan kontra di kubu umat Islam pada waktu
itu.
2. Faktor Extern
Adapun faktor-faktor extern ada tiga, yaitu:
a. Sesungguhnya kebanyakan
orang-orang memeluk islamitu sesudah kemenangannya, semula mereka memeluk
berbagai agama, yaitu: Agama Yahudi, Kristen, Manu, Zoroaster, Brahmana,
Sabiah, Atheisme dan lain-lain.
b. Sesungguhnya golongan islam
yang terdahulu terutama golongan Mu’tazilah telah memutuskan perhatiannya yang
terpenting yaitu untuk dakwah islamiah dan bantahan alasan orang-orang yang
memusuhi islam.
c. Faktor ketiga ini merupakan
kelanjutan faktor yang kedua. Yaitu sesungguhnya kebutuhan para mutakallimin
terhadap filsafat itu adalah untuk mengalahkan (mengimbangi) musuh-musuhnya,
mendebat mereka dengan mempergunakan alasan-alasan yang sama, maka mereka
terpaksa mempelajari filsafat Yunani dalam mengambil manfaat logika, terutama
dari segi Ketuhanan. Kita mengetahui An-Nadhami (tokoh Mu’tazilah) mempelajari
filsafat Aristoteles dan menolak baberapa pendapatnya.